Pada bulan September 1979 Asrama Haji Pondok Gede sudah dapat dioperasionalkan untuk pengasramaan calon/jemaah haji walaupun pembangunan dan fasilitasnya baru mencapai 75 % dari yang direncanakan.
Gedung – gedung yang sudah terbangun dan bisa difungsikan untuk pelayanan calon/jemaah haji baru Gedung A, B, C, D1, D2, D3, D4, D5 yang difungsikan untuk penginapan jemaah haji, Gedung SG 1 digunakan untuk proses penerimaan jemaah haji, pertemuan, pemberian bimbingan dan penyuluhan manasik haji dan petugas, Masjid Al Mabrur dan Dapur Umum. Untuk perkantoran Panitia Pemberangkatan Haji, menggunakan bangunan darurat berbentuk bedeng yang terletak di sebelah timur berseberangan dengan lapangan manasik haji.
Setelah pembangunan Gedung Utama selesai, mulai tahun 1981 perkantoran Panitia pindah ke Gedung Utama sekaligus untuk perkantoran BPAH, dan mulai tahun 1985 proses penerimaan calon/jemaah haji dipindahkan ke Gedung SG 2 yang baru selesai dibangun, sekaligus juga untuk pertemuan, Resepsi, konggres dan lain ssebagainya.
Pada tahun 1992 Dapur Umum dimodifikasi menjadi gedung Serba Guna (SG) 3 dan dialih fungsikan menjadi gedung pertemuan, rapat, resepsi dan untuk Pusat Informasi Haji (PIH). Sebagai gantinya pada tahun 1992 Departemen Agama membangun gedung Dapur Umum yang lebih besar di belakang gedung D1.
Pada tahun 1999/2000 dilakukan renovasi gedung SG 3 oleh Ditjen Bimas Islam dan Urusan Haji menjadi 2 lantai yang pemanfaatannya diatur sebagai berikut : lantai 1 untuk pertemuan/rapat/resepsi dan lantai 2 untuk Pusat Informasi Haji yang dilengkapi sarana proyektor dan ruang pemutaran film berkapasitas 100 orang.
Mengingat banyaknya pengantar jemaah haji pada masa pemberangkatan dan penjemput jemaah haji pada masa pemulangan, maka dalam rangka memberikan pelayanan terhadap keluarga pengantar/penjemput, pada tahun 1986 pemerintah membangun Mushalla Al Maqbul yang berkapasitas 150 orang dan WC Umum yang berisi 30 kamar mandi terletak di pinggir areal parkir asrama haji.
Sejalan dengan makin berkembangnya jumlah jemaah haji, maka untuk memenuhi kebutuhan penginapan jumlah jemaah haji yang setiap tahun mengalami kenaikan tajam khususnya Embarkasi Jakarta hampir menyentuh jumlah kurang lebih 100.000 calon/jemaah haji (dari Provinsi Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Bakuh ABRI, dan petugas), dibangunlah beberapa gedung penginapan calon/jemaah haji antara lain Gedung E pada tahun 1986, Gedung G Tahun 1992 (mulai tahun 2003 gedung G difungsikan menjadi gedung Arsip Ditjen BIPH), Gedung F Tahun 1987, dan Gedung H tahun 1998.
Disamping itu, sebagai antisipasi kemungkinan tidak tertampungnya calon/jemaah haji, dibangun pula asrama haji Bekasi sebagai asrama penyangga Asrama Haji Pondok Gede manakala terjadi delay pesawat dalam waktu yang cukup lama.
Mengingat banyaknya penjemput jemaah haji yang memaksa memasuki daerah steril asrama haji untuk menemui jemaahnya, pada tahun 1998 pemerintah merenovasi gedung SG2 dengan pembuatan balkon sebelah utara untuk penampungan penjemput dan sebelah selatan untuk perkantoran petugas interdep dan maskapai penerbangan.